Halaman

Pengikut

Assalamualaikum,
Apa khabar semua....Semua yang tersurat belum tentu itulah yang tersirat. Segala rasa hati belum tentu dapat di ekspresikan dengan hanya melalui penulisan, tapi sekurang-kurangnya dapatlah ianya menjadi penglipur lara dan tempat meluahkan rasa yang terpendam...


Isnin, Jun 28, 2010

Sekedar buat renungan

Kadangkala hidup ini memang susah untuk dimengerti.
Hari demi hari yang kita lalui terkadang bagai igauan yang mengusik pagi,belumpun sempat terjaga dari mimpi sudah datang hari yang lain lagi.

Kedalaman makna hidup takkan terfahami oleh orang-orang yang berhati sempit, dan berfikiran sempit.
Hidup memerlukan harapan yang luas, pandangan yang luas, langkah yang luas.



Hidup bukanlah untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang-orang disekeliling kita.
Dekatkanlah diri pada-Nya agar hidup sentiasa mendapat berkat, mohonlah bimbingan dan petunjuk untuk segala yang akan dilakukan.

Janganlah gantungkan harapan kepada selain dari Dia yang takkan berhenti membimbing kita baik siang mahupun malam, dalam sakit ataupun sihat, dalam suka mahupun duka.
Jika senang hidupmu janganlah lupa masa kau susah, jika berduka dirimu janganlah lupa masa kau gembira.

Marilah kita saling mengingatkan diri kita untuk selalu ingat pada Allah yang takkan meninggalkan kita.
Tapi kitalah yang sebaliknya  mungkin meninggalkan suruhan Allah...
Sudahkah kita berbuat baik pada kedua orang tua?
Sudahkah kita berbuat baik pada anak-anak dan suami/isteri kita?
Sudahkah kita berbuat baik pada adik-beradik kita?
Sudahkah kita berbuat baik pada jiran tetangga kita?

Sudahkah kita berhenti dari menyakiti hati orang-orang yang ada di sekeliling kita?....
Sudahkah kita meminta maaf dari orang-orang yang telah kita sakiti?

Janganlah hendaknya kita terbawa-bawa dengan ego hingga menyakiti hati orang lain.
Sentiasa merendah diri adalah sifat orang mulia, sedangkan sombong dan ego hanya Allah yang berhak memilikinya.

Sama-samalah kita renungkan...

Helang

Seekor helang menggelepar.
Jatuh kedanau,
tenggelam timbul,
suaranya perlahan....

dia mencuba untuk berenang,
letih dan penat,
tak berdaya...

riak air lebih kuat,
menyibaknya ketengah...

Tinggallah malam...
merengkuh rembulan
yang mengiringi bumi
riak air menghanyutkan helang kealam luas,
"Meratapi nasib diri!"

"Sikap"

Lihatlah sikapku kepadamu,
angin malam yang membelah bayu,
menderu ditengah malam,
rembulan terapung...

Kau mencantas dan mematahkan ranting,
dedaunan kering jatuh
membelah tanah tempat berpijak
kuat berdengung saat ke saat
tinggi suara....

Sekejap hilang tak berbekas...!

Ketika kau datang

Ketika kau datang....
dia menguntum riang,
rupa indahmu tersemat di sukma
gayamu mengikat mata
terpaku padamu...

Ketika kau datang....
membawa senyummu yang semesra bayu
kau lemparkan setangkai mawar cintamu

kau bilang dia ratumu,
dan cintamu hanya satu..

Ketika kau datang...
dia melonjak girang,
tak sabar melihatmu datang
kau cium tangannya yang gementar
membuatnya lupa segala onar
cintanya tak sabar mekar....
Terleka seketika.

Ketika kau datang kali ini....
wajahnya muram
empangan dimatanya pecah berderai
ketika dia lafaskan perpisahan...

Maafkanlah....
Selama ini dia terleka dengan indah cintamu
mungkin tujuannya hanya satu
untuk mengejar apa yang tiada padamu
tapi kau tetap dalam hatinya....aku tahu..!

Suara-suara

Suara-suara bergema...
memenuhi ruangan ini
bermaharajalela...
semakin lama semakin nyaring
saat ke saat memekakkan telinga...

Kubuka segala pintu dan jendela,
ingin berlari menghindar
namun badanku kaku,
kakiku membatu,
suara-suara itu...
Tiada noktah!
Berontak aku hendak bebas...
Tak berguna!...

Seiring  masa berlalu,
dan suara-suara yang masih bergema
akan diam dengan sendirinya
bila ia telah penat melata...!
Ah...!! Biarkan saja!

Sekilas cahaya

1993

Sekilas cahaya....
membias dikamarku,
cahayanya samar terlihat
merenggut-renggut kekakuan
yang beraja di udara.

Semua kenangan...
biarlah terpencil,
jadi debu waktu,
sedang angin masih menyampaikan salam
mengisi kehampaan
merangkai warna
mengisi kelesuan
bersama cahaya
merangkai asa
mencari jalan pulang....

Khamis, Jun 10, 2010

"Perusak Gaza"

Takkah jantungmu rasa terbakar..?
Takkah nadimu rasa terkelar..?
Takkah matamu rasa terkeluar..?
Takkah mulutmu rasa terkoyak..?
Takkah urat sarafmu rasa terputus..?

Mengapa kau begitu kejam
menyulam dendam
sehingga hancur semua insan kerdil
yang berdiri di tanah yang kau takluki ?

Matamu seperti buta..!
Otakmu bagai telah buntu..!
Hatimu seakan membatu..!
Dipenuhi bisikan syaitan..!

Apa salah mereka?
Apa dosa mereka?

Aku berdoa:
"Ya Allah,selamatkanlah mereka,
dari tipu daya kau !
Ya Allah lindungilah mereka,
dari penindasan  kau !
Ya Allah sayangilah nyawa mereka,
dari musnah oleh kau !

Tunggulah kekalahanmu....!
Sebab Tuhanku melihat tingkahmu....

Anak abad 2

Menyelusuri pasir di pantai
menapaki kota ombak
menekuri gemuruh didada.

Aku hadir di sebuah pentas dunia
mematahkan gelap sebagai anak abad
yang mengukir asa, melukis rasa.

"Aduh...! Biar kubunuh saja segala ilusimu itu."
Bisik rembulan.
Seperti nahkoda rindu yang karam kapalnya
hingga tak sudah terduduk
sepanjang masa
dibawah naungan laut, langit dan fatamorgana.

Aku hanya bisa menyanyi di pantai ini
menyusuri laut
mencari kaki ombak
dan mengeja gemuruh didada.

Aku hadir sebagai anak abad
yang tak henti menyeret asa
dan terus menggulung ruang ilusi dan kesia-siaan.

Anak abad 1

Aku adalah bunga-bunga doa
yang menyuruhmu istirahat
dan melupakan dunia seketika
dan aku tersenyum keudara
bersama rama-rama....

Janganlah kau kotori kelopak indahku
dengan kata-kata dusta belaka
aku tak suka..!

Kalau itu mahumu
lupakanlah wajahku...!
dan galilah kuburmu untuk cintaku
dan terbanglah aku keatas bianglala.....

Rabu, Jun 09, 2010

Tuhan (ajarilah aku berdoa)

Tuhan.......
ajarilah aku berdoa
ajarilah aku memahami kalimat sujud
yang murni
Kau yang Maha tahu isi dan isyarat gerak
Tuhan........
ajarilah aku menyembah-Mu
dengan segenap cintaku.

Tuhan.......
bimbinglah tanganku
untuk bersyukur dan menghitung rahmat-Mu
padaku.
Tuhan........
aku ingin meminta
''kekalkalkanlah cintaku pada-Mu.''

Tuhan......
aku tak tahu memahami makna fatamorgana
aku tahu aksiomaMu tapi aku tak kenal
semua itu.

Tuhan.......
tunjukkaulah langkah sukmaku
buanglah keraguanku
Tuhan.......
aku hamba-Mu yang tak pandai bersyukur
Tuhan........
aku tetap perlu petunjuk-Mu.

Tuhan.....
ajarilah aku berdoa.

PadaMu Tuhan

Aku menadah tangan...
Memohon berkah
meluruskan langkah yang resah
untuk memahami....
Hidup kadang bahagia,
Kadang susah.

Tuhan....
Aku hambaMu yang lemah
diterpa badai kesana kemari
bagai dahan...

Dalam mengikuti jejak
yang memunah harapan
namun....
Aku tetap tak patah dan kan terus bertahan....

Bunga-bunga doa


Kubaringkan rembulan dimataku
dengan kasih putih
yang kusematkan didadamu
pada malam yang bening
dan langit yang di selimuti bintang gemintang.

Hatiku membeku dalam bingkai kaca
yang memantulkan cahaya menakutkan
menyeringai diantara jerit laut dan desah bumi.

Inilah dunia tanpa dunia,
bunga-bunga kehidupan menjadi pertikaian
menggelepar dalam denyut jantung bumi
atas segala yang bernama kehidupan
kueja A B C ku apa adanya
kuselami kedamaian....
Dalam sujud tahajudku dengan bunga-bunga doa...

Selasa, Jun 08, 2010

Peribahasa

1. Ibarat berendam sesayak air,berpaut sejengkal tali.
   *Maknanya: Orang yang serba dalam kekurangan tiada tempat bergantung.


2. Daripada berdebat  dengan orang bodoh,lebih baik bermusuhan dengan orang berakal.
  * Maknanya: Berdebat dengan orang bodoh tak memberi manfaat meskipun menang.

3. Ibarat buah masak tergantung tinggi,nak dijolok penggala patah nak dipanjat pokok licin.
  * Maknanya: Harapan yang tinggi menggunung.

4. Tiada guruh bagi orang pekak,tiada kilat bagi orang buta.
  * Maknanya: Tak guna berbicara dengan orang yang tak mahu mendengar cakap kita.

5. Beraja dihati,bersultan dimata.
 * Maknanya: Nak menang sendiri. Dia sahaja yang betul dan orang lain semuanya salah.

6. Bagai menumpang digurun orang,hidup segan mati tak mahu.
 * Maknanya: Susah payah dihadapi jika tak punya apa-apa.

7. Ibarat burung ,nak terbang sayap patah nak hinggap tidak berkaki.
 * Maknanya: Serba kekurangan.

8. Bagai biduk tiris menanti karam.
 * Maknanya: Berserah pada nasib.

9. Bagai menabur benih diatas batu.
 * Maknanya: Pekerjaan yang sia-sia.

10. Hangus tiada berapi,karam tiada berair.
 * Maknanya: Tiada kesan

11. Bagai makan buah simalakama,dimakan mati emak tak dimakan mati bapa,
 * Maknanya: Merasa serba salah apapun yang dibuat serba tak kena.

Keinsyafan

Kapankah....
Akar hatimu akan mengerti,
Menyedari titik kesilapan,
Sedang Dia memonitor,
Setiap desah nafasmu...

Kapankah....
Sinar keinsyafan,
Akan menerangi dan menjalari hatimu,
Bila pohon usia mulai menggugurkan daun beliamu?

Kapankah....
Kau akan berhenti dari lakumu,
Sedang usia kian ditarik,
Saat demi saat,
Apa yang kau cari?
Aku tak pasti....!!

Isnin, Jun 07, 2010

Perjalananku

29 May 1998.

Terlalu jauh aku mengembara
meninggalkan tonggak-tonggak masa
yang tajam
menopang atap asa,hari demi hari kian pantas berlari
menuju ketempat yang belum berhujung
tanpa jenuh
walau kekadang kakiku berpeluh
tak berhenti langkahku...

Perjalanan ini terlalu meletihkan
sepanjang masa memungut buih-buih kemesraan
sambil menepiskan sesak yang bersarang
dalam dada...

Resah yang bersarang kutaburkan sepanjang jalan yang terlewati
kutinggalkan bersama angin
biar dicabut mimpi
biar dibawa malam
dan perjalanan ini akan tetap kuteruskan

Cerita hampa

(11-1-1993)


Suara ombak menyanyi,
lagu balada dari negeri yang jauh.
Deruannya menghempas pasir,
dipantai yang kelabu
sendu...
 
Aku memandang ombak,
dengan hati yang luka berdarah
gerimis hujan membelai pantai
sendunya merasuk kedada.

Aku sendiri...
merenungi ombak dalam gelap
menyisir pantai bersama bayu
entah...sampaikah dibatas buana
sambil hampa menyelusuri masa,
mendakap sendu.
Pilu hatiku...

Menggapai mimpi

(1-2-1993)

Ada tanganku,
tak pernah jemu melambai
setiap kali bayangmu lalu,kusimpan degup jantung dalam kalbu.

Mentari dalam kolam hilang bentuk
ditutupi kabus,
permainan matamu tak sampai padaku
jadi debu ditiup bayu,mengalir lalu..
 
Ah...jangan lagi kau jelingkan matamu!
aku hanya mahu asah penaku,
dan menatap wacanaku,
tak mahu kertas hanya kosong
mimpi jadi bohong...

Tujuanku hanya satu!
Menggapai mimpi mengejar waktu.
Kutinggalkan kau dalam beku,sedangkan aku terpaksa
untuk memahat namamu dalam nisan hatiku,
yang mencekik sukmaku.
Mimpiku mesti kuseru!!

Kecewakah aku?

1993

Sehelai mimpi tertinggal dijalan
merah,hitam dan kebiruan,
dipayungi langit yang kelam
tanpa hiasan
tanpa lukisan...
Mimpi indah ditaburi janji
tak pernah terbukti
tanganku gementar....
mencakar,
menyambar
koyak dan calar.

Kecewakah aku?
Bila mimpi indah lenyap belaka?
Bila kabar yang tiba hampa belaka?
Dan bila semua yang dalam genggaman lumpur belaka?

Ah....Tidak!!
Sedikitpun aku tak kecewa.
Tunggulah aku!
Tentu akan tiba masa untukku.

Malam

(18 JAN 1993)


Tatkala malam mula merayap
nafasku sesak,
mataku kelam,
fikiranku cuba mentafsir wacana yang tak mampu kutulis.

Bukan aku tak mencuba...
Tetapi kekadang tanganku kaku,
otakku buntu,
malah kekadang juga penaku patah...
Aku ingin mengusir kegelapan yang datang bersama malam
supaya dapat kulihat
warna-warni dunia.
Namun cahayanya tak sampai padaku,aku tak kuasa...
Malam tetap gelap
Mataku makin kabur...
Mestikah aku berlari mengejar mentari pagi,yang jauh berdiam diri??




Ombak yang tenang

(20 Jan 1993)


Ombak tenang...
Beralun lembut ditiup bayu,
sehelai daun kering yang terbawa angin
mengalun....terus berlalu terbawa bayu.

Baru sahaja aku mahu menjeling
riak kecil sudah jauh berlalu,
aku hanya mampu memandang,
dengan dada yang penuh sendu...

Udara ini mengandungi racun,
aku terpenjara didalamnya,
walau langit dan laut menyatu
aku hanya memandang dari jauh...
Sang bayu telah membawa daun kering itu
ketempat yang tidak kutahu,
Mestikah aku menunggu??

Dengarkanlah temanku

17 Jan 1993

Dengarkanlah temanku
mengapa kau pergi?
Gemuruh ombak didadaku
menghempas kuat dinding jantungku,
kuajari dia untuk berdiam diri,namun tetap jua bergelora...
Kuangkat tangan layuku untuk memanggilmu,
namun lidahku kelu,
kakiku membatu,

Kumasih ingat segala kata yang kau ucap
kuingat segala nasihat yang kau beri
kuingat segala bunyi yang kau ajari...

Pergilah kau! Kejar harapan dan mimpimu!
Gerbangku masih terbuka
menanti kepulangan candamu
kemudian datanglah kau!
Bawa janjimu!
Jangan kau lupa itu!...


Di tanah ini..

(Melaka 2003)

Ditanah ini...
Aku hanya angin yang lalu
tak terlihat,
tak berbekas,

Ditanah ini...
Aku penat menyusun cerita duka
dari hari ke hari
tak ku temui lagi hujungnya
entah merah atau putih...
Ditanah ini,
Aku hanya camar yang menumpang berteduh dari hujan dan panas
sambil mencari jalan pulang
lalu terdampar di pantai asa...

Dan ditanah ini,
Aku lelah mencurah tenaga
yang dikerah tanpa makna,
tanpa suara,
Kemanakah jalan pulang ??

Hanyut di arus masa

( 5 mar 2010 )
Untuk oma Tricia Vermaes.

Telah kugulung dedaun masa
bersama ayah,
Bukan sedikit jadinya
terlalu banyak dan panjang.

Kami menghilang,
kau menghilang,
kami mencari,
kau dah pergi,
kelain benua..

Dimanakah tempatnya..
Dimanakah muaranya ..
Dimanakah pelabuhannya..
tempat kita bisa bersua ??..

Setelah sekian lama di hanyut masa
tiba-tiba kami rindu,
melihat iras wajahmu,
yang takkan pernah lagi bertemu....

Doa

( 2004 )
Untuk Mbah

Ya Allah...
Lindungilah dia
yang telah memayungi aku
dari panas dan hujan.

Ya Allah...
Sayangilah dia
yang telah menjagaku
pagi dan petang
Ya Allah...
Ampunilah dia
yang telah mengajariku
hitam dan putih kehidupan.

Ya Allah...
Hanya padaMu aku memohon:
"Sampaikanlah salamku,
hantarkan rinduku,
sematkan kasihku,padanya yang telah pergi jauh...

Dan dalam hati ini
dia tetap ada.
tetap diingati !

Cerita duka

( 2005 )

Dulu kata-katamu lebih manis dari madu
Dulu belaianmu lebih lembut dari bayu
Dulu pujukanmu mencairkan hempeduku
Dulu rayuanmu melalaikan hatiku
Dulu hasratmu telah mengikat kakiku.
Kau lemparkan aku kedunia lain
yang tak kukenali,
kerana kau aku ikut saja.
Bukan kerana rupa,
Bukan kerana nama,
Bukan kerana harta,
Tapi kerana kata-kata dan keikhlasanmu...

Kuharap hidupku gembira
kuharap hatiku hilang gundah
kuharap semua indah belaka.

Kau campak aku dalam kesunyian,
Kau lemparkan aku dalam kehampaan,
kau buang aku dalam kesusahan fikiran.

Aku rindu tanahku yang jauh
Aku rindu kawanku yang ramah
Aku rindu ayahku yang pengasih
Aku rindu ibuku yang sederhana
Aku rindu adikku yang cantik dan yang nakal
Aku rindu abangku yang perkasa
Aku rindu udara yang dulu kuhirup
bersama mereka...
Aku rindu aku yang dulu... 
Yang selalu ceria setiap waktu.. 
Dan kau telah kuburkan semuanya... Bersama sama cintaku.... 

Aku tak tahu lagi

( 2005 )

Aku tak tahu lagi
Apa langkahku esok ?
Lusa,dan seterusnya ?
Otakku buntu
terlalu penuh isinya
melimpah ruah.
Aku tak tahu lagi
Ceriakah aku esok ?
lusa,dan seterusnya ?
Hatiku layu
terlalu dalam lukanya
meleleh darah dan air mata..

Aku tak tahu lagi
Kemana aku esok ?
Lusa,atau seterusnya ?
Kakiku membatu
terlalu berat bebannya
mengalir darah dicelah jari
tapi aku tak bisa berhenti
hidup yang kosong perlu diisi..

Cahaya ramadhan

( 2007 )

Hari tanpa suara-suara
hening berpanjangan
alunan tasbih berlarutan dalam bisu udara...

Melintas bayangan kehidupan
Derap Ramadhan menghampiri
kusambut mesra dihati.
Di negeri yang merah ini,
terlelap sudah suara-suara
dan pada helai ranting yang merangkai dedaunan,
setiap permatang hari
terpancar kerlipan cahaya Ramadhan yang hening dan bening.

Di perut negeri yang merah ini,
Cahaya ramadhan menggema,
Memayungi rumput-rumput kering,
Membalut retak-retak di jiwa,
Memeluk hati yang sendu
kedamaian terus mengembara..
Di wajah langit yang tersenyum.

Dan bila suara-suara
hilang berpanjangan,
Suatu kebisuan merebahkan diri,
Bisu yang tersulam zikir,
Damai disulami tahmid,
Asmaul husna meniti di beranda bibir,Alam mati...

Dan dalam diri ini,
Jika keheningan mulai terlena,
terasa maut bercanda,
Bergelora kebekuan di jiwa,
Kujunjung keinginan kalbu,
Untuk tunduk menyerah...

Dibawah cahaya Ramadhan ini
Dibawah naunganMu,Allah...
Terimalah sujudku..ya Allah...!

Simbolik kehadiran

From My belove


Sebermula angkatan pesona,
Sekali kian indah rasanya,
Umpama serindit melayang ke surga
Seiras kucar kacir ombak
Mengalunkan nasyid seruling rindu
dan aku bersama dirimu selalu
Mencipta kenagan manis disisi
dan kincir pelangi pun
tersenyum memandang kita...

Disebelah barat arashy
matahari dan bulan,bayu dan taufan
petir senja dan hujan mistik
mencemburui persada hati kita
yang sendawa dan mengagungkan
kebesaran pencipta,
dengan iradatnya
azampun mendengus puas...

Kepada kalbu yang bundar
seretkanlah impian kita
kepada realitynya...

Alangkah angkuh...
Betapa egonya sadri
menguis maksud sebenar nafsi.
Dan alangkah simboliknya aku
menggambarkan kehadiranmu
yang persis gerimis di hari malam
menuai hasratku yang kembara ini...

Rembulan

From My belove


Sukma...
Kucanai awan menjadi ranjang
Kugantung bintang-bintang
Terikat mimpi menjadi dewi muda seorang
kupintal langit menjadi hamparan
kujahit bulan menggulung awan.

Sukma...
Tersimpul mimpi menjadi maharni seorang
Bawalah daku sepantun laut
bawalah daku sesajak pantai
Kualur sungai mengipas gelombang

Sukma...
Lamarku gunung-ganang bantalku
Pinangku sawah ladang selimutku
Dan malam itu mimpi beradu bersamamu
Malam menjadi ranjang
Siang menjadi hamparan
Kupetik sehelai rambutmu
lalu kulukis
Sebuah percintaan pada Tuhan
usia kita tersimpul bersama.

Sukma...
Kita lahir kasih sayang
Dalam gumpalan awan yang kujahit layarnya
Perkesahan tebaran madu
Percintaan...

Rekahan mawar itu

From My Belove


Dari taman...
Sekuntum mawar itu
Kubawa ke kamarku.

Kulupakan rama-rama yang cemburu,
Pasu ini menyaksikan
Keinginan dan sebuah hasratku.

Kelopak yang merekah...
Harum yang merendah,
Sesekali ingin menggambarkan
Kau pasti tiba.

Lapisan kelopak...
Benarlah itu harapanku
Yang tersusun dan mekar selalu.

Malam ini kunyalakan lilin,
Kubiarkan jendela sedikit terbuka
Kaupun dapat menagkap angin itu
Yang menyentuh pipimu.

Dan angin itu seperti hatiku...
Yang menyentuh lembut sukmamu
Akan kutatap matamu
Semesranya,
Dan kasih kitapun berpadu,
Kembaraku berpaksi selamanya...

Serenada 1

( Dipertemuan yang lewat )
From My Belove


Didalam pertemuan...
Wajah embun berkaca
Air kali teralir dimata
terasa wajah alam tak sama seia
tak upaya kulupa seketika.

senak jantung dipanah rasa
goyah hati lalu berkata:
"Aduhai perawan...Inginku dambakan dirimu disampingku selalu"

Lembut suara buluh perindu
gema gemersik bahasa berlagu
terasa suara alam semuanya bisu
terhenti segera langkah sang bayu
burung di mega hanyut di awan biru
gementar dada berkata kalbu:
"Aduhai perawan,inginku bisikkan kaulah penyanyiku..."

Kutuliskan namamu

From My Belove


Kutuliskan namamu Sukma,
Dalam puisi kenangan
Sebagai mutiara kasih
yang suci,
Kutuliskan namamu Sukma,
Disudut taman mesra
Digigi beranda callet kasih
Diatas sehelai memo harapan.

Izinkan aku
Hulurkan jemari ini
bertanya tentang air mata luka,
Alunan suara sumbang
berbau sepi dicengkam sengsara
ilusi mimpi terlena
dibuai janji
Sesat dalam berantaraan perasaan....

Kau mampu tersenyum
dalam tangisanmu,
Mengerti sinar cintaku
hadirmu bersama sang suria
sekelip pancaran gemilang
serumpunrindu terhimpun
dipuisi hatiku....

Sukma...
Kutuliskan namamu
gunahan indah syair nan syahdu
untuk kuhulurkan
padamu Sukma,
Moga kekal istana cinta...

Kau

From My belove


Kau adalah tetamu...
Yang bertandang dipondok rasa
Membawa buah bicara cinta
Menggapai mesra diruang sua.

Kau adalah bayu...
Yang berhembus kasih
Yang mengusapi rambut rada
melalui deria telinga.

Kau adalah sinar...
Yang menerangi lorong rasa
dengan cahaya kasih
membawa detik benderang.

Kau adalah tetamu...
penyeri detik
pembawa mesra
moga abadi....

Alunan kembara


1997

Logikaku masih bermain
dihujung ilusi...
Bagai anak kecil yang telanjang fikirannya
Aku berlari menyusuri
gelora,
Yang tak sempat singgah
di singgasana mimpinya
Diambang sedar kuikuti marga,
yang belum pernah dilalui,
menangis ditengahnya,
ku abadikan senyum di temboknya,
kulilitkan rasa,
hingga dibuai gemertak rindu
Sayu di sukma...

Kau tahu?...
Hanya kau kembara,
Yang paling jauh kurenangi,
aku kian larut,
terselit diantara bianglala,
tersenyum dibalik cakrawala,
lalu tenggelam dalam rasa
yang kau pupuk selama ini...

Doa sekuntum hati

Melaka,(2007).

Malam dijilati sinar rembulan
yang terbaring
melenakan setiap desah jiwa.
Dada langit masih damai,
Tanpa riuh rendah loceng kehidupan
serta haba panas yang mengeringkan tulang..

Sekuntum hati masih menghiba,
Dalam doa ia menyeru:
"Allah ampuni aku....!
Allah beri damaiku...!
Allah hapus dukaku...!"

Suaranya menggema
serangkai bayu datang menderu
mematahkan canda rerumputan
yang resah terkapar.

Sekuntum hati masih menerawang,
Sambil menyusun lembar-lembar doa,
Untuk sang pencipta...

Kala mesra mulai layu

Melaka (2007).

Kala mesra mulai layu,
Adaku masih dalam tiada,
Dibatasi tirai tergantung,
Menahan pandangan dengan sejuta makna...
Sejuta keinginan...
yang bertunas di kalbu...

terpendam rasa dalam gelegak emosi,
tetap kusapu senyum sebening embun pagi,
Kuseru...!
Dan kuseru lagi getaran dijiwa.

Hanya berkakuan diudara,
Suara itu..!
Terdampar...!Lemah...!

Tanganku masih ada,
Mengumpulkan tunas-tunas mesra,
Adaku masih dalam tiada.

Suara itu...
Masih terdampar,
Berkakuan,
Bisu,
Layu mesra itu...!!
Selayu hatiku yang kian membatu.... 

Cerita dari jauh

(Untuk mangsa perang di Iraq).

Gadis-gadis kecil....
Dimatamu bergantungan rona resah,
Kosong mengalir ke masa depan
Entah kemana perginya,
Rembulan dipipimu,
Yang telah lama kehilangan sinar...

Dalam kering tatapanmu,
Kau melangkah longlai
kekadang terhenti,
saat gemuruh di perutmu
tak tertahankan lagi...

Gadis-gadis kecil....
Ditelapak tanganmu ada kehidupan,
Mampukah kalian bertahan?
Sedang insan rakus kuasa,ada di sekelilingmu...
Serigala lapar tahta dimana-mana,
Wajah bumi bermandikan darah,
Dan kau.....
Kebebasanmu telah lama diperkosa,
Walau tubuh  masih disayangi nyawa....

Mungkin esok pagi,
Embun masih membelai kaki-kakimu
Dan mentari,
Masih biaskan selimut hangatnya,
Serta bayu,
masih lembut mencium pipimu,
Sampai bila?....

Sedang tubuh-tubuh  kian susut,
Matapun semakin mendung,
Kerana terlalu lama dipenjara
oleh duka dan nestapa
Dan manusia....
Masih tergamak melumatkan masa depan
dan hadiahkan neraka dunia buat kamu semua....!

Aku

Melaka,(27-01-2007).

Senyumku adalah kelukaan,
Yang lama bernanah,
Tangisan kepiluan,
Yang lama tersimpan....

Jelinganku adalah keresahan
yang kian menghujam,
Langkahku adalah kesedihan
yang kian bersemayam....

Cakapku adalah beban
yang makin berat,
Suaraku adalah duri
yang tersekat....

Laguku bingit,
Warkahku kusut,
Pidatoku berserabut,
Kakiku tersangkut,
Leherku terjerut,
Nafasku semput,
Nyawaku bagai tercabut....

Andainya

Melaka,28-01-2007.

Andainya bisa....
Kugulung dedaun waktu
yang telah bergulir ke arus dunia
tak mungkin aku berat bahu begini.

Andainya waktu itu....
Tak Kusambut tanganmu dengan senyumku
tak mungkin hatiku gundah begini.

Andainya dulu...
ku buang cintamu,
yang kau sematkan kedadaku 
Tak mungkin jiwaku resah begini.

Dan....
Andainya kau ada 
yang menjaga siang malamku
Andainya kau mesra dan baik lakumu padaku 
mungkin aku:
Akan Dijerat rindu,

Bukannya 
Dihujani galau,
Dipanah duka,
Dan ditikam rasa seperti ini....

Tapi... 
Semuanya sudah kau pilih... 
Kau yang minta aku begini.. Jangan salahkan aku kalau rasa itu belum sempat hadir lagi di hatiku... 

Perjalanan

Melaka,28-01-2007.

Terlalu panjang....
Benang masa yang kurajut.
Aku tak pasti warnanya:
Merah,
Biru,
Ataupun mungkin hitam?....

Terlalu jauh....
Lorong yang kujalani.
Akupun tak pasti hujungnya:
Gembira,
Sedih,
Ataupun duka nestapa?....

Terlalu lama aku tinggalkan
akupun tak pernah pasti
Kapan berakhirnya:
Cinta,
Rindu,
Dan kasih sayang?....

Yang kutahu....
Terlalu sukar bagiku
untuk meleraikan rasa yang bersemayam
Dimakam jiwa.

Kucarik-carik kenangan,
Kujadikan nisan dihatiku,
Kupudarkan warnanya,
Kubakar rasa yang bersemayam,
Didasar tamanku....

Oh....Berdosakah aku
Kerana mampu membunuh rasa dihatiku
Aduhai....
Bersalahkah aku
Kerana membuang sakit direlung hati
Tak cukupkah....
Semua derita yang kutanggung?

Serpihan kehancuran sebuah hati

Melaka,19-08-2007.

Malam telah menggulung mentari
barisan mega diselimuti gelita
bintang-bintang bersimpuh
dipelupuk mata langit.

Air dimataku,
Mengosongkan pundi-pundinya
keresahan telah menyala
mengupas seluruh kesedaran
Aku yang berlari kini terbenam
jerit dikalbu tak siapa mendengar
bertemankan malam
bernafas bersama kesunyian bintang-bintang.

Kudekap kesabaran sekian lama
memujuk hati sendiri
yang hampir mati
tinggal serpihan kehancuran
dan puing-puing....

Debu-debu masa

Kita masih jauh
Untuk suatu kedekatan
yang abadi.

Lihatlah keluar jendela
mimpi-mimpi masih bercengkerama
menewaskan malam
sedang kita masih menonton
Berjuanglah dalam anganmu
akupun berjuang juga
dalam mimpi surgawiku 
Dan ingat!....
Janganlah perjuanganmu
hanya jadi debu-debu waktu.

Jejari hitam yang hanyir

Melaka,2007.

Jejari hitam yang hanyir
memeluk hati yang berlumut
baunya menyesakkan dada langit
menodai rembulan dan mentari kehidupan
memperkosa malam yang ramah
menjadi serpihan berkarat
Jejari hitam yang hanyir
melumuri otak dengan enzimnya
hingga kehilangan sinar
nyaris kalah dan menyerah.

Jejari hitam yang hanyir
jangan biarkan kuasai dirimu
musnahkan ia
sebelum lumut hatimu berserabut
sebelum otakmu kerut berparut.

Senyum nirwana

 (Untuk permataku ).
Melaka,11 Jun 2007.

Dalam dekapanku....
Kau lemah terbaring lesu.
Tubuhmu kering,
Matamu suram,
Nafasku sesak,
                                                      Menahan peritnya duka yang kau tanggung
Air mataku telah lama kering,
Deritamu menghapus tawaku,
Tangisanmu merobek urat jantungku,
Eranganmu melemahkan sarafku,
Lalu....Kau pergi jua bersama senyummu,
Senyum nirwana....

Aku tak bisa menangis lagi,
Hanya gelora dalam jiwa
yang rindu dengan suaramu
rindu dengan manjamu
pergimu dalam pelukku....

Sayangku....
Allah lebih cinta kau,
Maafkanlah mama,
Kalau tak cukup menjagamu.
Semoga Allah menyayagi
Dan melindungimu
tenanglah kau disisiNya.
Anakku tersayang....