Halaman

Pengikut

Assalamualaikum,
Apa khabar semua....Semua yang tersurat belum tentu itulah yang tersirat. Segala rasa hati belum tentu dapat di ekspresikan dengan hanya melalui penulisan, tapi sekurang-kurangnya dapatlah ianya menjadi penglipur lara dan tempat meluahkan rasa yang terpendam...


Jumaat, Mac 25, 2011

Kerabat kita-Sutan Takdir Alisyahbana

Bunda,
masih kudengar petuamu bergetar
waktu ku tertegun di ambang pintu,
melepaskan diriku dari pelikmu :
“Hati-hati di rantau orang, anakku sayang,
Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir,
Di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung”.

Menuju kelaut- sutan Takdir Alisyahbana

Angkatan baru
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat:

Rabu, Mac 23, 2011

Laut

Oleh : Kemala
1972

Akulah laut
gadis cantik tidur di peraduannya
sisik-sisik riak ditubuhku
lukisan detik dan tarian angin
bersatu di gemersik ingin
saujana ketenangan ini.

Akulah laut
pemuda tangkas asuhan waktu
gelegak ombak menjadi kata
deru menjangkau ufuk
muzik terdempar ke benteng karang
lalu kenal diri.

Siang pilihan
menyimpulkan seloka camar
berlalu sejarah
kudukung bahasamu
akulah laut pertama
pemupuk cinta abadi.

Malam pertaruhan
badai perkasa memeluk hadirku
rahsia dan maha keghaiban
terpenar oleh penemu makna
demi ruang dan waktu
akulah laut pemilik lagu.

Kasih sayang nenek tua, mata nakal cucu
bertemu disini
angin jauh mencari harmoni
tergetar bibir di dalam tafsir
disini : di hati ini kekasihku
meruap harga diri.

Jumaat, Mac 18, 2011

WS.Rendra Sajak Rajawali

sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

WS.rendra Sajak Orang Lapar

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

o Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin

kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan

seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

o Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin

o Allah !
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca

o Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam

o Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

Puisi W.S.Rendra Sajak Sebatang Lisong

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan

aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
..........................

menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan

dan di langit
para teknokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam

aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian

bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
.................................

kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata

inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA
( itb bandung - 19 agustus 1978 )

DERAI DERAI CEMARA

Chairil Anwar

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949

SAJAK PUTIH

Chairil Anwar 

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

Puisi Chairil Anwar DOA

Chairil Anwar 

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

Puisi Chairil Anwar AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Pujukan hati

Oleh : Pungguk
1934

Tenang, hatiku tenang!
tahankan tangis ratapmu,
istemewa keluh-kesahmu,
membuat asalku tenggelam berenang.

Bersih, otakku bersih!
usah dimimpi yang jauh masih,
walaupun kata "oh...kasih"
rosak jantungku pertemuan selisih.

Megunlah dan heninglah!
jangan kamu bersedih helah,
kerana...godaanmulah...
maka hempeduku hancur berbelah.

Terdiam hatiku kelangit mengarah,
di cuaca kamar cahaya gemilang
'kudengar bisik adik sairah,
sedihku berkobar tak mahu hilang'.

Untunglah hatiku menurut kata!
sunyi senyap ia segera,
baharu selesa segala anggota,
belayarlah hati dilautan rindu....!

Ke Makam Bunda

Puisi Usman Awang
1955

Kami mengunjungi pusara bunda
sunyi pagi disinar surya
wangi berseri puspa kemboja
menyambut kami mewakili bunda.

Tegak kami dimakam sepi
lalang-lalang tinggi berdiri
dua nesan terkapar mati
hanya papan dimakan bumi.

Dalam kenangan kami melihat
mesra kasih bunda menatap
sedang lena dalam rahap
dua tangan kaku berdakap.

Bibir bunda bersih lesu
pernah dulu mengucupi dahiku
kini kurasakan kasihnya lagi
meski jauh dibatasi bumi.

Nesan batu kami tegakkan
tiada lagi lalang memanjang
ada doa kami pohonkan
air mawar kami siramkan.

Senyuman kemboja mengantar kami,
meninggalkan makam sepi sendiri,
damailah bunda dalam pengabdian,
insan kerdil menghadap Tuhan.

Begitu bakti kami berikan,
tiada sama bunda melahirkan,
kasih bunda tiada sempadan,
kemuncak murni kemuliaan insan.

Jumaat, Mac 04, 2011

Untukmu Ibu

Ibu....
Masih kuingat deritamu,
Masih terngiang tangisanmu,
Masih terbayang peritmu,
Masih terbentang dihadapan mataku,
Betapa kau terlalu tabah menjalani hari-hari sisa hidupmu...

Ibu....
Maafkan anakmu,
Yang tak mampu mrmbelaimu lebih lama,
Yang tak mampu merawatmu sepenuhnya,
Yang tak mampu melayan kerenahmu diakhir masa,
Yang tak mampu menyembunyikan air mata dipenghujungnya.

Ibu....
Aku masih anakmu yang dulu
Yang sentiasa bersenda gurau denganmu,
Yang sentiasa bisa membuatmu tertawa,
Yang sentiasa membimbing tanganmu,
Yang sentiasa bersama dikala kau memerlukan,
Tetapi jarak telah memisahkan kita,
Kakiku terikat....
Dan kau Ibu...akan tetap berada dalam hatiku,
Buat selama-lamanya...!

Selamat jalan....
Bahagialah kau disana,
Disisi Dia Yang Maha Pengasih,
Kudoakan Ibu....
Selalu berada dalam lindunganNya,
Selalu berada dalam payungNya,

Anakmu ini kan menyusul jua,
Entah esok atau lusa,
Ibu....
Semoga kau tenang disana....!